Yande Batok: Kerajinan dari Kelapa Bali

Potensi alam yang begitu melimpah menyulut ide-ide kreatif. Inilah yang memicu berdirinya Yande Batok; mengubah batok kelapa menjadi produk-produk yang disukai oleh pembeli luar negeri.

YANDE Batok adalah salah satu IKM penghasil kerajinan dan barang-barang seni dari batok kelapa. Didirikan sejak tahun 2008 oleh Gede Suryawan bersama adiknya Kadek Darma Sugita. Mereka melihat potensi kelapa yang banyak tumbuh di sekitar desa mereka. “Kami juga ingin menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat”, tutur Ni Luh Gede Juliarti, istri Gede Suryawan sang pemilik IKM. Yande Batok itu sendiri berasal dari nama panggilan sang pendiri, Yande, yang merupakan anak pertama.

Melihat potensi sumber daya alam yang melimpah, akhirnya muncullah ide kreatif mereka membuat beragam barang kerajinan hand made yang semuanya berasal dari bahan baku kelapa. Diawali dengan tangan-tangan terampil sang adik, Kadek Darma Sugita yang seorang seniman dan kemampuan manajemen dan pemasaran sang kakak, akhirnya Yande Batok berhasil sukses memasarkan barang- barang produksi mereka hingga ke mancanegara dan menyerap sekitar 15 orang tenaga kerja.

Sebelum pandemi, karena tingginya permintaan, mereka tidak hanya memperoleh bahan baku dari daerah sekitar saja, tetapi juga sampai ke daerah Dawan, Klungkung. Daerah itu sudah terkenal dengan produksi kelapa Bali yang berkualitas tinggi. ”Bahkan para pengepul dari Jawa juga mencari kelapa di daerah itu,” jelas Ni Luh Gede Juliarti.

Berawal dari memasarkan barang-barang seninya ke pasar seni Sukawati dan Kumbasari, perlahan namun pasti, Yande Batok mulai merambah pasar internasional. ”Pelanggan kami yang pertama berasal dari Jepang,” tutur Ni Luh Gede Juliarti. Kualitas produksi IKM dari desa Banjarangkan, Klungkung, Bali ini tersebar beritanya dari mulut ke mulut sehingga beberapa tamu dari mancanegara pun datang langsung ke rumah produksi Yande Batok. Ada pelanggan setia lain yang berasal dari Cekoslowakia, Inggris, Amerika, Belgia dan Polandia.

“Pelanggan kami dari Jepang banyak sekali membeli barang-barang produksi kami, bahkan terkadang mereka memesan dengan bentuk-bentuk tertentu, di antaranya bentuk mangkuk-mangkuk sup yang terbuat dari batok kelapa,” jelas istri Gede Suryawan ini. Salah satu pelanggan dari Polandia mengenal Yande Batok saat berpameran di Spanyol beberapa tahun lalu. IKM yang merupakan binaan pemerintah ini pernah mengikuti sebuah pameran internasional di Spanyol pada tahun 2019.

Sejak pertemuan di Spanyol tersebut, maka terjalinlah kerja sama antara Yande Batok dengan pelanggan setia dari Polandia yang akhirnya mengunjungi mereka di Bali. Pelanggan lain yaitu dari Cekoslowakia yang datang berkunjung langsung ke rumah produksi Yande Batok. “Bahkan ia mengepak barangnya sendiri di sini,” tutur Ni Luh Gede.

Selain mendapatkan pelanggan-pelanggan internasional, Yande Batok juga kerap mengikuti lomba-lomba yang diselenggarakan oleh pemerintah. Yande Batok pernah menjadi juara satu Lomba Tekhnologi Tepat Guna Provinsi Bali pada tahun 2019 serta menjadi juara dua Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna tingkat nasional pada tahun yang sama.

Tahun 2016 saat harga kelapa naik tinggi, Yande Batok berinisiatif menciptakan ide kreatif dengan memproduksi beragam produk-produk olahan dari bahan kelapa. ”Tidak hanya batok kelapa yang kami jadikan kerajinan, tetapi isi kelapa juga kami manfaatkan, kami membuat minyak, saur (kuliner tradisional Bali dari bahan parutan kelapa) hingga nata de coco yang merupakan fermentasi dari air kelapa,” jelas Ni LuhGede.Sehinggaprodukkelapabenar-benar dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Sebelum pandemi, selain memasarkan produk kerajinan batok kelapa ke pasar-pasar seni, Yande Batok juga mengekspor produksinya ke luar negeri serta memasok barang-barang kerajinan ke banyak hotel di Bali. “Paling sedikit 50 barang, terkadang bisa sampai 500 biji,” tuturnya. Hingga saat ini, produk-produk kerajinan yang dihasilkan dari bahan baku batok kelapa adalah mangkok-mangkok, mangkok sup, teko, cangkir, tempat kopi, tempat gula, celengan (tempat menabung uang koin), dan juga tempat lilin.

”Yang paling sering dipesan tamu dari luar negeri adalah sarang burung, Menurut pemesan dari luar negeri, saat musim gugur, ini bisa dipakai untuk tempat perlindungan burung- burung kecil,” jelas NI Luh Gede. Setelah pandemi, produksi memang jauh menurun karena turunnya permintaan dan tidak adanya tamu yang datang ke Bali. Namun Yande Batok tidak pernah menyerah, IKM ini banting setir menargetkan pasar dalam negeri yang meski tidak sebanyak saat sebelum pandemi, namun cukup untuk mempertahankan hidup sehari-hari.

Mereka memproduksi saur, baik untuk kepentingan pangan maupun untuk kepentingan upacara adat, dan minyak kelapa asli. Bahkan sisa-sisa batok kelapa yang rusak pun masih bisa mereka manfaatkan untuk dijadikan arang. Beberapa pedagang sate lokal membeli arang tersebut untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Strategi di Masa Pandemi

Strategi Yande Batok selama pandemi adalah menggencarkan promosi lewat online dan media sosial, di antaranya yaitu Instagram dan facebook. Dari hasil memasarkan lewat online tersebut, IKM ini ternyata juga mendapatkan beberapa pembeli meski tidak sebanyak sebelum pandemi. Selain lewat media sosial, IKM ini juga mencoba mulai memasarkan produknya lewat beberapa marketplace dan Google My Business.