Bali Designpreneur dan Dunia Fashion di Bali

Bali Designpreneur pertama kali digelar. Mampukah event ini menyulut Bali sebagai trendsetter mode busana baik di Bali maupun di tingkat nasional?

KINI para perancang busana di Bali memiliki ajang kompetisi baru. Ajang yang dimaksud bernama Bali Designpreneur. Tahun 2022 ini pertama kali diselenggarakan. Pada perhelatan Bali Designpreneur tahun 2022 ini penyelenggaraannya begitu meriah. Acara ini diselenggarakan di panggung terbuka Ardha Candra Taman Budaya Provinsi Bali. Acara dibuka pukul 6 sore dengan pementasan musik dan lagu-lagu popular Indonesia. Acara dimulai dengan live performance oleh Gus Teja. Kemudian sambutan Ketua Dekranasda dan selanjutnya dibuka secara resmi oleh Gubernur Bali Wayan Koster.

Yang dinanti-nanti oleh para undangan adalah pergelaran fashion show. Peragaan busana yang diiring musik live oleh Gus Teja dan Balawan itu menampilkan peracang busana I Kadek Dode Moneco. Ia
menampilkan rancangannya berbahan endek dengan rancangan yang simple dan warnawarni tanah.

Sementara perancang busana Anak Agung Ayu Laksmi Dewi dengan kekuatan brand Ishana memperagakan rancangan busana yang juga berbahan endek dengan warna-warni pelangi. Perancang busana Nita Susianita, dengan brandnya Arunika memperagakan busana-busana ranncangannya berbahan endek dengan warna-warna merah kombinasi hitam.

Begitu pula Gede Aryasantika dengan brandnya Fortuna. Konsep rancangannya jelajah alam dewata. Memperagakan rancangan busanaya dengan warna-warna pastel, ungu dipadu motif kain endek serta warna-warna peach dengan endek ungu.

Sulit dipercaya bahwa para perancang Bali itu sanggup mengetengahkan kreasi busana yang penuh dengan ide-ide kreatif. Meski mereka harus menggunakan bahanbahan tenun tradisional Bali seperti endek, namun mereka Nampak berhasil mengembangkan kreasi-kreasi busana yang cemerlang.

Sebetulnya kreasi-kreasi yang brilliant itu sudah kelihatan pada saat fashion show tahun 2021 lalu. Dengan menggali kearifan kain-kain Bali, mereka para perancang muda Bali begitu mahir memainkan irama kain, tone dan aksen. Mereka sanggup membuktikan bahwa kain-kain asli Bali memiliki potensi besar ketika dimainkan dalam kreasi dunia rancangan busana.

Bali yang memiliki potensi besar dalam menyediakan bahan-bahan rancangan busana agaknya bisa “dihidupkan” kembali oleh perhelatan Bali Designpreneur ini. Penggagas Bali Enterpreneur Ny. Putri Koster menyadari hal itu. Mula-mula istri Gubernur Bali Wayan Koster ini memberi perhatian kepada para penenun dan pengusaha kain-kain asli Bali dengan menggagas pula pameran IKM Bali Bangkit. Dalam pameran itu, Ny. Putri Koster “membuka pasar alternatif” justru di tengah berkecamuknya pandemi. Perhelatan ini meraup sukses besar karena omzet setiap kali pameran itu digelar meraup penjualan sampai miliaran rupiah.

Pikiran Ny. Putri Koster pun melebar pada kemungkinan pengembangan kreasi dalam hal busana. Hasilnya adalah dibukanya pendaftaran dan seleksi bagi perancangperancang muda Bali diawali tahun 2021. Kegiatan ini juga menangguk sukses besar karena hajatan ini mendapat sambutan antusias dari para perancang busana di Bali. Dari hajatan Bali Designpreneur ini diketahui ternyata Bali bukan saja menyimpan perancang-perancang muda hebat, juga ternyata pula Bali menyimpan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat suatu rancangan hebat. Inilah mengapa penyelenggaraan Bali Designpreneur adalah suatu hal yang sangat tepat dalam menyediakan ruang dan pengembangan busana dan perancangnya di Bali.

Dunia Fashion Bali

Di era 1980-an dan 1990-an, para perancang busana nasional seperti Ghea Sukarya, Ramli, Itang Yunasz, Poppy Dharsono dan beberapa yang lain pun sering ke Bali, baik dalam pergelaran busana maupun berburu bahan-bahan rancangannya seperti kain Bali dan aksesori yang melengkapi
rancangan mereka. Seperti diketahui, tahun-tahun itu Bali memang menjadi salah satu tujuan berlibur favorit baik dari kalangan selebriti maupun para pejabat tinggi. Itu membuktikan bahwa Bali memiliki potensi besar dalam hal bahan bahan rancangan seperti kain-kain dan aksesori. Juga sangat memungkinkan bagi Bali untuk menyelenggarakan perhelatan besar dalam hal peragaan busana nasional
maupun internasional. Hal ini juga disadari oleh para perancang Bali ketika itu.

Potensi Bali sebagai ‘ide’ rancangan memang ada banyak di Bali. Budaya, tradisi dan hasil kerajinan begitu berlimpah tersedia di Bali. Dalam tradisi Bali pun memiliki akar kreasi busana yang tak kalah menawannya. Berbagai busana tradisional Bali kaya akan keberagaman dan memiliki filosofi dan “gaya” yang dikaitkan dengan makna kearifan lokal dan lingkungan. Pada era 80-an dan 90-an, menjamurnya konfeksi-konfeksi yang mengeskpor pakain jadi memberi peluang bagi perancang busana untuk menawarkan desainnya. Peragaan-peragaan busana hasil dari kreasi baru suatu konfeksi\garmen pun sempat menjadi gaya hidup di diskotik maupun hotel-hotel di Bali. Meski tidak seberat rancangan adibusana, paling tidak kreasi busana dari garmengarmen di Bali turut andil mengisi khasnah dinamika dunia fashion di Bali.

Peluang Bali sebagai ajang yang memiliki peluang besar dalam dunia fashion sempat dijajal oleh Ika Mardiana, seorang perancang Hongkong. Ia menggelar Bali Fashion Week beberapa kali sejak tahun 2000-an. Ajang fashion ini sempat menarik perhatian di kalangan para perancang nasional. Dan perhelatan mode busana itu pun dilaksanakan secara besar-besaran. Semula Ika Mardiana ingin menyelenggarakan perhelatan mode ini di Jakarta. Tapi karena pertimbangan bahwa Bali begitu kuat aspek pariwisatanya dan sangat aman, maka Bali kemudian menjadi pilhan mantapnya untuk menggelar perhelatan mode yang kemudian dikenal dengan nama Bali Fashion Week. Jauh sebelum Bali Fashion Week digelar, sekitar pertengahan 1990-an tak sedikit para perancang nasional menggelar fashion show di pusat-pusat turisme di Bali, terutama di Nusa Dua yang ketika itu menjadi “pusat baru” Kawasan pariwisata di Bali. Bahkan juga pernah digelar satu fashion show besar dari perancang busana India di Nusa Dua. Dunia mode pada masa-masa 1980-an dan 1990-an begitu semarak. Tak sedikit para perancang Jakarta menghabiskan liburannya ke Bali. Peragaan-peragaan busana dengan skala kecil sering pula mengisi acara di diskotik-diskotik atau hotel hotel di Kuta di beberapa Kawasan pariwisata di Bali. Sehingga sejumlah agensi yang menyediakan peragawati untuk acara fashion show cukup semarak ketika itu.

Dari jejak itu, Bali sesungguhnya memiliki peluang menjadi salah satu rujukan mode. Bali menyediakan semuanya: tempat yang eksotis dan turistik, budaya yang kaya, produk-produk yang unik dan penuh daya kreatif serta asli, aman dan nama Bali yang sangat menjual di dunia. Yang disebut terakhir ini yang paling penting. Nama Bali yang telah melegenda sebagai destinasi dunia adalah “modal utama” untuk kegiatan apapun di Bali, dan lebih-lebih kegiatan fashion yang menjadi khasanah pergaulan dunia. Ika pada masa-masa 80-an dan 90-an Bali benar-benar digarap serius dalam perhelatan mode, niscaya Bali akan menjadi salah satu pusat mode dunia, setidaknya di tingkat Asia. Karena potensi Bali memungkinkan untuk menuju ke situ. Untuk di Asia, tak dapat disangkal bahwa Hongkong telah diperhitungkan sebagai trend mode di Asia setelah Paris dan Milan.

Sesungguhnya Bali juga sangat sanggup menjadi salah satu rujukan trend mode dunia atau Asia. Apa yang kurang dari Bali? pertanyaan ini harus menjadi perhitungan yang krusial bagi sejumlah pihak untuk turut larut dalam pergaulan mode dunia.

Gelanggang Baru Dunia Mode di Bali

Akhirnya datang juga yang diharapkan, yakni sebuah “gelanggang baru” bagi dunia mode di Bali. Gelanggang itu bernama Bali Designpreneur. Dilihat dari cara penyelenggaraannya, nampak sekali sebuah itikad dan keseriusan untuk menghidupkan kembali dinamika dunia fashion di Bali setelah sempat “terputus” untuk sejumlah waktu. Para pelaku dunia fashion di Bali patut berlega hati. Dunia mereka kembali dihidupkan untuk kesempatan membuktikan kreativitas dalam dunia mode. Mereka ingin membuktikan bahwa sebagai perancang Bali pun memiliki kesanggupan mewujudkan karya sebagaimana yang dilakukan oleh para perancang di luar Bali.

Salah seorang perancang Bali yang terpilih dalam seleksi Bali Designpreneur 2022, I Gusti Ngurah Krisna Adi mengungkapkan, kehidupan dunia mode di Bali seperti mutiara dalam lumpur. “Sebenarnya kita memiliki kain-kain yang sangat indah, hanya saja kurang terekspose. Kurang adanya media yang mengangkat tentang kain tenun tersebut. Mungkin karena itu, fashion di Bali seperti belum berkembang,” kata Krisna Adi. Dikatakannya pula, apalagi zaman sekarang masyarakat Bali cenderung meninggalkan pakaian tradisionalnya. Jadi dengan adanya acara Bali Designpreneur ini kita bisa menumbuhkembangkan lagi trend mode di Bali, di masyarakat Bali, luar Bali bahkan juga di luar negeri. Sehingga masyarakat Bali bisa lebih mencintai kain tenunnya sendiri.

Krisna Adi juga sangat yakin bahwa Bali berpeluang menjadi salah satu pusat tren mode di negeri ini. “Tentu sangat berpeluang besar. Apalagi Bali memiliki banyak keunikan. Mulai dari tekstil, kebudayaan, juga peninggalan peninggalan leluhur kita. Jika kita mau mengangkat dan mengembangkannya, pasti akan memiliki nilai yang sangat tinggi,” ungkap Krisna Adi. Krisna Adi juga menambahkan, bahwa karya rancang para perancang busana di Bali pastinya akan sangat diminati oleh masyarakat luas. Terlebih lagi Bali sebagai tempat pariwisata, tentunya ini sangat menunjang, apalagi wisatawan-wisatawan yang datang ke Bali sangat mencintai keunikan-keunikan Bali, alam dan budaya Bali. “Jika itu kita manfaatkan dengan baik, pasti fashion Bali akan sangat berkembang nantinya. Jadinya itu kembali pada kita sebagai masyarakat Bali, bagaimana cara kita mencintai budaya kita sendiri. Kita harus menjunjung tinggi budaya Bali, khususnya di dunia fashion,” tutur Krisna Adi. Rata-rata para perancang busana Bali begitu yakin bahwa Bali memiliki peluang besar dalam hal dinamika dan pergerakan dalam dunia mode. Bali telah menyediakan semuanya. Tinggal kemudian bagaimana “memainkan” semua itu dengan canggih.

Syukurlah bahwa sejak tahun kemarin telah dibuat gelanggang baru bagi pelaku mode (perancang, boutiq\pemilik rumah mode, pembuat tenunan) untuk berkiprah kembali “melahirkan” karya-karya baru yang lebih kreatif. Mereka, para perancang busana, dalam gelanggang baru ini bukan saja ditantang melahirkan busana— busana yang mencengangkan, namun juga ditantang untuk menjadi pengusaha di dalam pergerakan dunia mode. Jika hajatan mode Bali Designpreneur konsisten dilaksanakan setiap tahun dan selalu lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, maka hajatan mode ini akan menjadi momentum besar dan sejarah penting bagi kebangkitan dunia mode di Bali dan makin moncernya kain-kain asli Bali mengingat para perancang yang beradu di gelanggang baru ini harus mengangkat kain-kain asli Bali sebagai bahan kreasi rancangannya.

Maka, tak berlebihan jika masyarakat mode di Bali menaruh harapan besar kepada hajatan Bali Designpreneur ini. Karena selama dua kali penyelenggaraan nampak betapa seriusnya pihak penyelenggara, dalam hal ini Dekranasda Provinsi Bali, menggelar hajatan mode ini. setidaknya, dua kali penyelenggaraan adalah sebentuk permulaan yang serius bagi kebangkitan dunia mode di Bali.