Tenun Tradisional Bali Bertahan atau Terancam

Tenun tradisional Bali, dari dahulu kala, berada pada kualitas yang baik dan bagus. Namun keberadaannya bukan tanpa ancaman. Bagaimana para penenun Bali harus bersikap?

TENUNAN yang dibikin para penenun Bali tak perlu diragukan kekuatan dan keindahannya. Inilah yang membuat orang-orang menyukai tenunan yang dibuat oleh para penenun Bali. Namun keindahan dan kekuatan tenun produk Bali itu bukan tak mungkin berada dalam ancaman peniruan. Inilah yang dicemaskan banyak pihak, terutama para pecinta, pemerhati, dan penenun Bali.

Kenyataan ini pula yang menjadi latar belakang diselenggarakannya wacana dalam bentuk dialog interaktif AKU (ApaKabar UMKM) BALI dengan mengangkat tema “Tenun Tradisional Bali dalam Gempuran Produk Tiruan” di TVRI BALI, Denpasar, Kamis, 27 Mei 2021 yang dimulai pada pukul 18.05 Wita. Hadir Ny. Putri Koster selaku Ketua Dekranasda Bali, Komang Diah Kartikasari sebagai pemilik Kerthi Loka Collection dan Ida Ayu Puspita Hartaty sebagai pemilik Pertenunan Putri Ayu. Dengan host Dede Setyadi, acara dialog interaktif ini berjalan sangat hangat dan penuh semangat.

Dalam situasi pandemi ini, saatnya kita bangkit dan menaruh perhatian lebih pada tenun tradisional Bali. Saat ini kerajinan tenun tradisional Bali mendapat tantangan dengan adanya gempuran produk tiruan dari luar Bali. Surat Edaran Gubernur Bali nomor 4 tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali diharapkan dapat melindungi produksi kain tenun tradisional asli Bali di tengah gempuran kain tenun tiruan buatan pabrik yang diproduksi massal dari luar Bali. Adalah pertenunan Putri Ayu dari Gianyar menjadi salah satu IKM di Bali yang mampu bertahan dengan kreasi yang terus berkembang.

Dalam acara ini Ny. Putri Koster menjelaskan tugasnya adalah menjembatani karya-karya kerajinan IKM Bali ke konsumen. Pandemi ini menjadi suatu tantangan untuk tetap melaksanakan pameran dengan melaksanakan protokol kesehatan. Istri Gubernur Bali ini juga menegaskan, sebagai ketua Dekranasda, sepanjang tahun tetap akan mengadakan pameran di Arts Center. “Saya tidak ingin IKM-IKM di Bali seperti pohon besar yang keropos digerogoti rayap dari dalam,” ujar Ketua Dekranasda Provinsi Bali ini. Untuk itu, IKM-IKM harus tetap menjaga kualitas produk-poduknya agar mampu bersaing dengan produk luar.

Berani Berinovasi

Sementara itu Ida Ayu Puspita dari Pertenunan Putri Ayu menyatakan bahwa pengrajin harus tetap berinovasi tanpa meninggalkan pakem-pakem tradisi. Kain tenun asli Bali memiliki tekstur yang khas, tidak dimiliki produk tiruan dari luar. Baginya Surat Edaran Gubernur Bali tentang pemakaian kain tenun endek Bali sangat membantu perkembangan IKM-IKM di Bali. “Surat Edaran Gubernur Bali tentang pemakaian kain tenun endek Bali mampu memicu kreativitas pengrajin tenun asli Bali,” tutur pemilik pertenunan Putri Ayu ini.

Sedangkan Diah Kartikasari dari Kerthi Loka Collection menyatakan bahwa UMKM- nya berusaha mengembangkan kreativitas para pengrajin kain tenun endek Bali. Industri yang menyasar pasar lokal dan internasional ini juga aktif mengikuti Pameran Bali Bangkit II. Kerthi Loka juga aktif berkerja sama dengan IKM-IKM Bali yang lain.

Saat host menanyakan inovasi apa yang dilakukan Kerthi Loka dan pertenunan Putri Ayu, Diah Kartikasari menjelaskan, Kerthi Loka senantiasa menjaga dan meningkatkan kualitas busana produksinya. Juga selalu membuat desain baru setiap hari. Sedangkan Ida Ayu Puspita Hartaty dari Pertenunan Putri Ayu menjelaskan, inovasi yang ia lakukan adalah menggunakan tehnik-tehnik baru seperti jakal dan dobi, sehingga 2 atau 3 hari bisa menghasilkan satu lembar kain yang berkualitas. Ia juga mencoba memadukan motif ikat dengan metode air brush, mencoba memadukan motif tenunnya dengan motif lukis.

Permasalahan yang Dihadapi Penenun Bali

Dalam kesempatan ini, Ny. Putri Koster juga memamaparkan permasalahan yang dihadapi oleh pengrajin tenun tradisional Bali. “Pernah suatu saat saya melihat kain. Setelah saya perhatikan ternyata kain itu jenis songket yang diprint digital dan diproduksi dalam jumlah besar oleh pabrik. Tentunya ini mengancam perkembangan produksi kain songket tradisional asli Bali,” tutur Ny. Putri Koster. Kain produksi pabrik ini mengambil konsumen tenun tradisional Bali karena harganya yang lebih murah. Ketua Dekranasda ini menawarkan solusi dengan menjadikan kain songket buatan pabrik ini dialihkan menjadi bahan kemeja.

“Kain tenun tradisional biarkan berkembang di daerah masing-masing. Jangan dipusatkan di suatu pabrik besar karena akan mematikan IKM-IKM lokal. Yang saya bisa lakukan adalah menumbuhkan kesadaran ke produsen, IKM, UMKM dan konsumen,” jelas Ny. Putri Koster. ditambahkannya, perlu ditumbuhkan kesadaran melestarikan kain songket dan tenun endek asli Bali dengan memakai kain tenun yang asli. ”Kain tenun jangan diseragamkan karena kain tenun asli Bali itu limited edition,” tambahnya.

Pengrajin Bali hingga saat ini sangat mempertahankan kualitas sehingga harganya tentu saja sedikit lebih mahal. Tetapi menurut Ny. Putri Koster, itu masih wajar. Kain buatan pabrik yang murah tentu kualitasnya tidak sama dengan yang dibuat pengrajin Bali, begitu dicuci akan mudah luntur dan motif tidak bertahan lama. “Mari menjaga warisan leluhur kita dengan memakai kain tenun asli produksi pengrajin Bali karena lebih terjamin kualiatasnya,” ajak Ketua Dekranasda Provinsi Bali ini. Karena kualitasnya yang unggul inilah, maka motif endek asli dari Pertenunan Putri Ayu ini dipakai oleh rancangan Christian Dior.

Imbauan Memakai Tenun Tradisional Bali

Untuk mematuhi Surat Edaran Gubernur Bali tentang pelestarian kain endek, maka hendaknya masyarakat memakai kain endek asli Bali karena kualitasnya terjamin bagus. Selain itu juga untuk menguatkan perputaran ekonomi di Bali, demikain imbau Ny. Putri Koster. “Kita mengimbau ibu-ibu memakai kain songket asli Bali untuk wastra. Untuk baju atau kemeja sehari-hari bisa memakai kain motif songket. Tirulah orang zaman dahulu yang bangga punya kain asli Bali meski cuma satu lembar,” imbau Ketua Dekranasda Provinsi Bali ini.

Menutup acara ini, Ketua Dekranasda Provinsi Bali menyatakan bahwa Dekranasda berkomitmen untuk menguatkan IKM-IKM di Bali. Salah satu strategi Dekranasda ialah mendata permasalahan-permasalahan yang dihadapi IKM-IKM di Bali dan menyampaikan ke stake holder. Dalam hal ini pemerintah juga turun tangan dalam memberikan payung hukum yang kuat untuk IKM-IKM di Bali. Salah satunya adalah Hak Kekayaan Komunal untuk kain songket Bali. “Tugas kita semua adalah menjaga keletarian warisan budaya leluhur yang berkualitas tinggi,” ajak Ny. Putri Koster.

Oleh karena itu, Ny. Putri Koster mengimbau agar IKM-IKM jangan menurunkan kualitas produksinya. Untuk UMKM, jangan lalaikan juga tugas kita melestarikan budaya Bali. Untuk para konsumen, pakailah kain tenun tradisonal Bali. Selain itu, istri Gubernur Bali ini juga berharap ada payung hukum yang melindungi produksi kain tenun tradisional Bali ini hingga ke desa adat.