R.R. Nita Susianita Karunia Saraswati: Seorang Desainer selalu Perlu Inspirasi

Latar belakang pendidikan formalnya sepenuhnya adalah fashion designer. Makat tak heran jika pilihan hidupnya adalah sepenuhnya pula dunia fashion.

SEGALA ikhwal akan menjadi mekar bila dimulai sejak awal. Demikian pun dengan R.R. Nita Susianita Karunia Saraswati. Ketertarikannya pada fashion dimulai sejak sekolah menengah. “Saya mulai tertarik di dunia fashion sejak SMA. Karena sejak SMA saya sudah mengikuti pageant, baik itu lomba busana maupun lomba pageant seperti Teruna-Teruni,” tutur Nita. Di sanalah Nita mulai menyukai dunia desain dan senang melihat-lihat baju, juga senang melihat kombinasi warna-warna di baju. Sehingga saat kuliah akhirnya ia memutuskan untuk mengambil jurusan desain fashion. “Saya pernah bersekolah di Sekolah Ciputra, Surabaya jurusan desain fashion dan bisnis. S2 saya juga jurusan Master of Art and Design. Jadi dari awal, saya memang sudah berniat untuk terjun di dunia desain fashion,” tambah Nita.

Tak ada kendala bagi Nita atas pilihannya terjun ke dunia rancang busana. orang tua mendukung, suami mendukung. Keluargajuga mendukung. Yang menjadi kendala ialah bagaimana inspirasi harus terus-menerus dicari.Inilah kendalanya. “Kendalanya, seorang desainer selalu perlu inspirasi. Terkadang ada rasa jenuh. Terutama misalnya jika desain kita kurang bisa diterima oleh masyarakat. Tetapi seiring berjalannya waktu, saya terus belajar, bagaimana selera masyarakat, khususnya di Bali. Untuk produksi busana dalam jumlah banyak juga belum bisa,” aku Nita. Pentingnya inspirasi mengantar Nita pada ide yang cukup unik. Pada pagelaran fashion show Bali Designpreneur 2022, tema rancangannya datang dari peristiwa tabuh rah (adu ayam untuk kepentingan upacara pecaruan di Bali).

“Untuk Bali Designpreneur ini, saya mengambil konsep tabuh rah. Saya tertarik dengan tema ini karena ini tradisi Bali yang mengambil sarana ayam, ayam diadu dan kemudian mengeluarkan darah. Darah tersebut merupakan perwujudan rasa syukur kita kepada Tuhan. Selain itu juga untuk mengharmoniskan buana agung dan buana alit, yaitu antara alam dan manusia. Konsep itu yang saya tuangkan ke dalam motif endek dalam rancangan busana saya. Jadi motif endek ini saya pesan secara khusus dengan tema tabuh rah. Bentukbentuknya ada yang terinspirasi dari kurungan ayam,” tutur Nita. Nita lebih lanjut menceritakan, bentuk bentuknya ada yang terinspirasi dari kurungan ayam, warna-warnanya juga terinspirasi dari sana. “Saya membaca beberapa literatur tentang tabuh rah, ternyata memang ada ayam-ayam pilihan untuk tabuh rah. Ciri khas ayam-ayam itu, ada yang bulunya berwarna biru, atau hijau. Sehingga saya ada beberapa koleksi dengan warna-warna tersebut, memakai warna hitam tetapi dengan motif warna biru dan hijau karena itu adalah warna ayam yang digunakan untuk tabuh rah,” tambah Nita.

Oleh karena itu, bagi proses kreatif dalam hal merancang, Nita lebih percaya kepada inspirasinya sendiri. Ia tak ingin terpengaruh oleh desainer busana yang lain. ia ingin rancangannya benar-benar mandiri sebagai hasil pencapaiannya sendiri. “Tidak ada yang khusus mempengaruhi saya. Saya lebih suka mandiri mencari inspirasi,” tandas Nita.