Pengolahan Kakao Lestari Oleh Koperasi KSS Melaya di Numpang Nampang Techno Corner RRI Pro 2

Senin (26/8), Numpang Nampang diisi oleh Koperasi Kerta Semaya Samaniya (Koperasi KSS), Kabupaten Jembrana dengan membawakan inovasi bidang pertanian yang mengangkat judul “Pengolahan Kakao Lestari Fermentasi Jembrana oleh KSS Melaya”. Dengan narasumber, Ketut Wiadnyana selaku Ketua Koperasi Kerta Semaya Samaniya (Koperasi KSS) dan Wayan Agus Ariawan selaku Kepala Bidang Pengelola Infokom Kominfo Kabupaten Jembrana.

Sejak tahun 2011, para petani yang tergabung dalam Koperasi Kerta Semaya Samaniya (Koperasi KSS), Kabupaten Jembrana melaksanakan program Kakao Lestari. Mereka berupaya membudidayakan kakao sebagai salah satu komoditas unggulan khususnya yang berada di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana.

Ketut Wiadnyana bercerita pada tahun 1994 petani sudah mulai menanam kakao, dan pernah terjadi kelesuan hasil panen kakao di tahun 2009. Namun pada tahun 2011, datang sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bernama Kalima Jari yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Jembrana membawa program bernama Kakao Lestari. Dengan program tersebut, dapat membantu membangkitkan gairah petani untuk mulai bertani kembali. Salah satu penyebab kelesuan hasil panen di tahun 2009, karena adanya alih fungsi lahan dan kebun petani yang diserang hama.

“Tingkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan mengajari bertani Kakao beserta dengan teknik fermentasinya,” ujar Ketut Wiadnyana.

Saat ini, Koperasi Kerta Semaya Samaniya mempunyai anggota sebanyak 600 orang dan menaungi petani dengan total luas lahan kakao di Jembrana mencapai 800 Ha. Seluruh produk Koperasi Kerta Semaya Samaniya harus melewati beberapa tahapan dan salah satunya difermentasi sehingga memiliki nilai jual tinggi. Dalam setahun, dapat memanen kakao sebanyak 2 (dua) kali, diawal tahun dan puncaknya pada bulan September, dan untuk proses fermentasinya memakan waktu selama 5-6 hari.

Kakao fermentasi Jembrana yang diproduksi Koperasi Kerta Semaya Samaniya, selama ini diekspor ke produsen cokelat Prancis dan sejumlah produsen cokelat di Indonesia. Serta mendapatkan pengakuan dari Cocoa of Excellence (sebuah LSM internasional pemerhati kakao dunia). Hal ini tidak terlepas dari kualitas biji Kakao Lestari Jembrana yang diakui sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Ketut Wiadnyana membocorkan tips menjaga tanaman kakao tetap hidup yakni dengan menjaga kebersihan kebunnya, memastikan tanaman kakao terkena sinar matahari, dan memberikan nutrisi dengan bahan-bahan organik. “Kalau tumbuhan sehat maka akan tahan penyakit dan hama,” ucapnya.

Dalam siaran pada hari ini, dibuka sesi interaktif dengan berbagai pertanyaan dari pendengar setia RRI Pro 2 Denpasar, seperti cara meyakinkan orang asing untuk membeli produk kakao dan juga adakah generasi muda yang ingin melanjutkan bisnis kakao di Kabupaten Jembrana. “orang asing pasti cari produk yang bermutu dan berani membayar mahal karena peduli dengan petani, kita menyakinkan buyer dengan kualitas fermentasi. Ada petani di Kabupaten Jembrana bernama Komang Silo Yoko, masih muda dan mau menjadi petani serta akan belajar di Belanda selama 1 (satu) minggu tentang pertanian,” jawab Ketut Wiadnyana.

Terakhir, Ketut Wiadnyana mengatakan tanpa petani tidak akan ada cokelat, tanpa ada cokelat maka tidak ada industri cokelat di dunia.