Galungan : Kemenangan Dharma #ApelDisiplin

Penjor Galungan

Dalam kisah Babad Kayu Selem dikisahkan Prabu Mayadenawa tidak ingat akan dirinya sebagai seorang raja yang harus mengayomi dan melindungi seluruh rakyat, Mayadanawa tidak ingat akan kebesaran Tuhan yang telah menjadikannya hidup dan menjelma sebagai manusia, bahkan dengan tegas Mayadanawa menghalangi dan melarang rakyat untuk menghaturkan sembah, pemujaan dan yadnya. Dikisahkan rakyat Bali tidak diperkenankan sujud kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sebab Mayadanawa berpendapat, tidak ada yang lebih kuasa, kuat dan berpengaruh selain dirinya, oleh karena itu tidaklah ada gunanya menghaturkan sajian kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa kecuali kepada dirinya. Akhirnya diutuslah Bhatara Indra untuk melenyapkan Mayadenawa. Kemenangan inilah yang akhirnya diperingati sebagai Hari Raya Galungan.

Apel Disiplin

Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam arahannya pada kegiatan Apel Disiplin Senin 28 Mei 2018 menyampaikan bahwa hendaknya perayaan Hari Raya Galungan lebih dari konsep cerita Mayadenawa di atas. Galungan sebagai simbol kemenangan dari pertarungan Dharma melawan Adharma sebaiknya dimaknai lebih menjadi kemenangan melawan Sad Ripu dan Sapta Timira dalam diri manusia itu sendiri.  

Sad Ripu yang terdiri dari kama (nafsu, keinginan), lobha (tamak, rakus), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), mada (mabuk) dan matsarya (dengki, iri hati),secara harfiah berarti enam musuh yang berada dalam diri manusia. Dalam kitab kekawin Niti Sastra, disebutkan bahwa Sapta Timira adalah 7 (tujuh) macam unsur yang dapat menyebabkan orang menjadi mabuk (Awidya). Surupa (kecantikan/ketampanan), Dhana (kekayaan), Guna (pandai), Kulina (keturunan), Yohana (masa muda), Sura (minuman keras), Kasuran (berani). Untuk itulah hendaknya manusia harus betul-betul berusaha berperang melawan hal-hal tersebut. Kemenangan inilah yang harus dicapai oleh setiap manusia.

Gubernur Bali juga menyampaikan bahwa penghujung bulan Mei dan awal bulan Juni banyak terdapat hari libur terkait dengan rentetan perayaan hari keagamaan dari mulai Galungan, Kuningan dan Idul Fitri. Untuk itu Gubernur mengajak agar seluruh ASN tetap menjaga kesehatannya sebaik-baiknya sehingga dapat mempertahankan performanya bahkan bisa meningkatnya saat kembali bekerja nantinya. Gubernur juga mengajak agar ASN juga bisa memanfaatkan hari-hari besar keagamaan sebagai waktu untuk melakukan instrospeksi diri termasuk mengevaluasi pekerjaan yang belum selesai sehingga dapat tuntas.

Tinggalkan Balasan