Diskominfos Bali Adakan Literasi Media Digital Bahas Potensi Ancaman Siber

Selasa (27/4), Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Bali melalui Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Seksi Opini Publik menyelenggarakan Literasi Media Digital secara daring via Zoom Meeting. Literasi Media Digital diselenggarakan dalam rangka meminimalisasi dampak negatif perkembangan Teknologi Informasi yang berkembang pesat pada saat ini, khususnya penyebaran hoax dan pemanfaatan media sosial yang keliru, dipandang perlu dilakukan upaya – upaya intensif guna mencegah dampak negatif.

Kegiatan Literasi Media Digital dibuka oleh Kepala Seksi Opini Publik I Gusti Ayu Sukmawati dan dihadiri oleh Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik, Ida Bagus Ketut Agung Ludra sebagai narasumber dengan topik “Cakap, Cerdas, Kreatif, Produktif, Bermedia Sosial Langkah Antisipasi HOAX” serta Kepala Bidang Persandian, I Putu Sundika menjadi Narasumber dengan topik “Cara Mengetahui dan Terhindar dari Potensi Ancaman Siber”. Kegiatan ini mengundang peserta dari Seluruh Sekolah Menegah Atas (SMA) Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan.

Ida Bagus Ketut Agung Ludra mengatakan munculnya Update Status yang berlebihan, upload foto pribadi, penggunaan bahasa alay merupakan gejala yang dianggap kekinian atau lebih umum disebut “gejala FOMO” atau kepanjangan dari fear of missing out atau rasa ketakutan yang muncul jika dianggap tidak kekinian. “Kekinian bukan hal yang salah, jika dilakukan dengan bijak, media sosial harus digunakan untuk hal yang positif,” ujarnya.

Dari topik “Cara Mengetahui dan Terhindar dari Potensi Ancaman Siber”, Kepala Bidang Persandian mengungkapkan dalam meminimalisasi dampak negatif perkembangan Teknologi Informasi, perlu diperhatikan tentang sosial media yang dicuri data pribadinya, atau phising. “Di era serba digital, banyak orang yang menyalahgunakan media sosial dan fenomena ini sering sekali kita jumpai di sekitar lingkungan kita, karena sosial media telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap I Putu Sundika.

Lanjut I Putu Sundika, Pencurian yang menjadi incaran utama data pribadi akun media sosial salah satunya adalah kata sandi (password). “Pembobolan akun pribadi bukanlah hacking terhadap situs media sosial, Facebook misalkan, tetapi lebih karena tercurinya password akun seseorang”, lanjut Kabid Persandian ini. Umumnya cara yang digunakan para pencuri ini adalah membuat situs yang persis sama rupanya dengan situs aslinya, mulai dari warna, logo, hingga posisi formulir isian username dan password dapat ditiru menyerupai aslinya untuk mencuri data yang dimasukkan tersebut. “Selalu cek kolom alamat sebuah website, apakah sesuai dengan aslinya atau tidak”, imbuhnya.

Kesimpulan yang didapat dari kedua Narasumber mengenai kegiatan Literasi Media Digital, menekankan pentingnya Literasi Media Digital dilakukan dan berharap agar guru sebagai ujung tombak pendidikan formal bisa menyampaikan ke siswa bahwa kemajuan Teknologi Informasi dan penggunaan Sosial Media tanpa dibarengi dengan kecerdasan dan kehati-hatian bisa mendatangkan kerugian bagi banyak pihak.