Jawara MTF Kategori Aplikasi Berbagi Cerita di Numpang Nampang

Juara pertama Lomba Milenial Techno Fiesta 2019 kategori Aplikasi, Putu Wirayudi Aditama, berbicara banyak hal dalam siaran Numpang Nampang RRI Pro 2 Denpasar, Senin sore, 9 Desember 2019. Yudi, begitu ia akrab disapa, berbagi banyak mengenai pengalamannya dalam pengembangan aplikasi hingga ide-idenya dalam siaran langsung satu jam ini. 

Adalah aplikasi “Melajah Pupuh Bali” yang ia sudah cetuskan tahun 2018, atau sekitar satu tahun sebelum perhelatan MTF 2019 diadakan. Ide aplikasi ini ia akui menjadi tertunda karena kesepakatan dengan temannya yang sedikit terkendala, hingga akhirnya direalisasikan setelah mendengar lomba MTF 2019. Lelaki yang juga seorang dosen ini mengatakan bahwa Aplikasi “Melajah Pupuh Bali” ditargetkan untuk usia dini, SD hingga SMP agar dapat mempelajari pupuh secara mudah dan tepat. “Karena disertakan dengan contoh video tembangnya, akan mudah ditiru”, ujarnya.

Aplikasi ini memuat setidaknya tiga pupuh, yakni Pupuh Ginada, Pupuh Ginanti, dan Pupuh Pucung. Mengingat bahwa Pupuh Bali sebenarnya lebih banyak dari ini, Yudi berkomitmen akan menambahkan dan mengembangkan versi kedua. “Di antara (kalau tidak salah) sebelas pupuh, tiga sudah masuk ke dalam aplikasi. Penambahan delapan pupuh selanjutnya akan melalui proses pengembangan ke versi 2”, ucapnya yakin. Ia juga sudah membuat rancangan perbaikan mencakup perbaikan dalam segi user interface atau antar muka pengguna agar lebih baik, hingga membuat video yang dicantumkan sebagai contoh akan dibuat lebih menarik lagi. “Asset-nya sedang dikumpulkan dan dibuat”, sambung lelaki yang sudah tidak terhitung jumlah aplikasi yang sudah dibuat ini.

Dalam pengembangan aplikasi bernuansa kuning ini, ia mengatakan banyak dibantu oleh teman-temannya, salah satunya ialah Nyoman Anom. Anom ia katakan telah mensupport dalam pengembangan aplikasi, yakni tampil sebagai model/pengajar dalam video contoh pupuh. “Setidaknya diperlukan satu bulan, dua minggu untuk pengumpulan data dan dua minggu untuk mengembangkan aplikasi”, curhat lelaki yang mengaku baru saja membina rumah tangga tersebut. “Waktu”, ia menambahkan, adalah kendala dalam pembuatan aplikasi ini. Durasi yang panjang dalam mengumpulkan data menjadi kekhawatiran terbesar dalam proses pengembangan.

Dalam proses pembuatan, ia justru mengatakan bahwa pengembangan aplikasi justru bagian paling ringan karena sudah sering ia tekuni. Bahkan, ia mengaku pengembangan aplikasi terasa sangat dapat dinikmati dan menyenangkan. Perasaan yang rileks dalam memecahkan kebuntuan dalam pengembangan aplikasi juga ia rasa diperlukan untuk mencegah kebuntuan dalam proses pembuatan. “Juga dukungan orang di sekitar dapat menjaga semangat bahwa kita mampu”, ujar Yudi.

Dalam cerita lainnya, lelaki yang mencintai Jejepangan ini juga mengaku Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan budayanya untuk didigitalisasi. Ia mencontohkan Malaysia yang berhasil menggunakan animasi serial 3D “Upin-Ipin” dapat membuat penonton menyerap kebudayaan dan kondisi Malaysia. “Dalam hal ini, animasi dapat mempengaruhi orang banyak”, sambungnya. Ia juga mencontohkan baiknya Jepang dalam memasukkan budayanya ke dalam animasi (anime) yang juga dapat mempengaruhi dan menyebarkan budaya.

Mengenai pengembangan aplikasi di masa depan, ia memiliki beberapa rencana diantaranya pemanfaatan aplikasi augmented reality dalam memperkenalkan tokoh pewayangan untuk dikembangkan di tahun 2020. Pengembangan aplikasi bahasa Isyarat yang membantu komunikasi dengan tuna wicara pun ia katakan sangat ingin ia kembangkan. “Leluhur zaman dahulu menggunakan media menarik pada zamannya yakni lontar, karenanya kenapa tidak kita manfaatkan konten digital agar budaya kita tidak hilang ditelan zaman”, tutupnya.