Cerita Tim Paradigma Menang Lomba Vlog MTF 2019

Aris, Erika, & Je hadir di Studio RRI Pro 2 Denpasar untuk acara Numpang Nampang edisi Senin 23 Desember 2019 sebagai Pemenang lomba Vlog MTF 2019. Pemilik judul vlog “Anak muda Bali Bisa Apa?” ini, mengakui bahwa basis Aris ialah bukan seorang vloger. Ia mengatakan bahwa merintis vlog adalah berawal dari keinginan memiliki saluran Youtube. Pertemuannya dengan Je, yang ia anggap sebagai pembina, membuatnya mengenal dunia digital lebih dalam lagi. Je juga memotivasinya untuk mengikuti lomba MTF 2019 untuk mencoba awal langkahnya sebagai Vlogger.

Je menyarankan Aris untuk memulai dengan menulis script terlebih dahulu. “Kamu mau buatnya seperti apa dan konsepnya bagaimana”, ungkapnya. Berbekal imajinasi, menonton referensi, dan menulis, dilanjutkan dikoordinasikan dengan teman lainnya, ia berani untuk lanjut ke pengambilan gambar. “Yang penting ikut saja dulu, kepikiran menang pun tidak”, ujarnya. Aris mengatakan proses pengambilan gambar mereka lakukan hanya dalam sehari. Aris bertindak sebagai pembuat script dan artisnya, Je sebagai penyunting video, dan Erika sebagai cameraperson. Video yang berdurasi 5 menit ini mereka katakan diambil di daerah Ubud dan Kerambitan, Tabanan, dan kemudian disunting keesokan harinya oleh Je dalam hitungan jam menggunakan aplikasi di handphone “KineMaster”, “PowerDirector”, “Asus MiniMovie”. “Dalam vlog, the mistakes is perfect, itulah yang membuat natural”, pungkasnya.

Erika mengatakan, video yang dikemas secara santai dan lucu ini diambil menggunakan kamera yang sederhana. Bahkan, ia mengakui bahwa juri sempat berkomentar mengenai pecahnya gambar yang mereka ambil karena kamera yang ala kadarnya. Bahkan Aris mengakui mereka hanya menghabiskan uang bensin dalam pengerjaan vlog ini.

Alasan tim yang menamakan dirinya sebagai “Tim Paradigma” ini mengambil tema anak muda Bali dikarenakan konten sampah sudah terlalu berulang-ulang dan Aris mengakui belum menemukan ‘feel’ di sana. Sedangkan alasan khusus untuk topik anak muda adalah karena anak muda dilingkungannya sudah sangat jarang menggunakan bahasa Bali bahkan beberapa di antaranya, tidak mengenal aksara Bali. “Beberapa teman mengatakan, jangankan baca aksara Bali, bentuknya pun tidak tahu”, pastinya. Didukung dengan sedikit temannya yang bisa berbahasa Bali dan temannya yang sedang merintis dan belajar menjadi dalang wayang, ia pun tergerak mengakat topik ini.

Je sebagai Pembina Komunitas Pradigma Rancangan Digital Media, melihat Aris sebagai orang yang vokal dan tergolong cerewet. “Karenanya, kenapa tidak cerewetnya diisi konten ketimbang menjadikan cerewet yang menggibah”, pungkasnya. Ia juga mengatakan, meskipun terlihat spontan, namun video yang berdurasi lima menit ini sebenarnya ia akui dipenuhi dengan skrip. “Seperti natural padahal semua di-skrip. Seperti tidak dibuat-buat, padahal ada skrip yang dibuat khusus untuk menghindari perkataan SARA dan lain sebagainya”, ujarnya. 

Aris mengatakan ingin terus membuat vlog secara rutin. Bahkan ia mengatakan sudah melakukan pengambilan gambar di Tukad Bindu yang belum sempat disunting. Ia ingin terus mengembangkan minatnya di vlog meski kini ia memiliki pekerjaan dan kegiatan perkuliahan yang sedikit mengambil porsi waktunya.