Body and Mind: Filosofi Rwa Bhineda dan Pis Bolong

Produknya berdasar pada nilai-nilai tradisi Bali. Nilai itulah yang menjadi inspirasi dalam ‘melahirkan’ karya-karya yang berpijak pada warisan leluhur.

BODY and Mind ini adalah sebuah butik desain fashion yang didirikan oleh Dayu Karang sejak tahun 2008. Sebagai sebuah butik, semua karya yang dijual merupakan produksi sendiri dan semuanya merupakan desain sendiri dari Ibu Dayu Karang. Desain fashion Body and Mind mengusung filosofi rwa bhinneda. Desain fashion-nya kebanyakan didominasi oleh warna hitam dan putih dengan sentuhan aksen pis bolong sebagai ciri khas dari desain Ibu Dayu Karang.

“Dalam filosofi budaya Bali, hitam dan putih adalah perbedaan yang memiliki makna keseimbangan yang kita butuhkan dalam kehidupan. Jika kedua perbedaan itu bisa menyatu, maka akan terciptalah keseimbangan alam. Ada baik dan buruk, ada siang dan malam. Hitam merupakan simbol dari fisik kita sedangkan putih mewakili hati dan pikiran kita,” jelas Dayu Karang. ”Inilah mengapa desain fashion saya kebanyakan didominasi warna polos, hitam dan putih. Jika hitam dan putih ini menyatu, maka kita akan menuju ke atas dan menjadi warna emas, inilah yang diwakili oleh pis bolong, ” tambah Dayu Karang.

Aksen pis bolong sebagai ciri khas Body and Mind ini merupakan misi dari Dayu Karang yang ingin melestarikan budaya leluhur kita. “Seperti yang kita ketahui, pis bolong merupakan warisan leluhur kami di Bali yang dahuludipakaiuntukbertransaksi,”jelasDayu Karang. Ia menambahkan kalau sekarang pis bolong ini lebih banyak dipakai untuk upacara adat. “Tetapi pis bolong yang dipakai dalam desain Body and Mind ini bukan pis bolong yang biasa kami pakai di upacara adat, tetapi masih memakai norma-norma yang merupakan warisan leluhur kita. Jadi setiap desain Body and Mind selalu memakai pis bolong sebagai ciri khas,” ujar Dayu Karang.

Dalam proses produksinya, Body and Mind banyak mendukung dan bekerja sama dengan para perajin di Bali, khususnya perajin perak dalam proses produksi aksesorisnya, terutama pis bolong. “Di masa pandemi ini, kami hanya mampu mengajak kerja sama tiga orang perajin perak. Untuk penjahitnya, sekarang kami hanya bisa mengajak 6 orang dari yang dahulu 11 orang. Sedangkan untuk pemasang payet, kami mengajak delapan orang,” jelas Dayui Karang.

Body & Mind itu, menurut penuturan Dayu Karang, berawal dari nol. Sejak awal berdiri tahun 2008 merupakan sebuah garmen kecil yang mengajak perajin loKal sebanyak 3 orang dan penjahit 3 orang. Dalam perkembangannya, karena permintaan yang terus meningkat, akhirnya Body and Mind semakin banyak mengajak kerja sama perajin loKal. Sekarang, butik cantik ini sudah mengajak kurang lebih 15 orang perajin lokal.

Di masa pandemi ini, Body and Mind juga mengajak anak-anak yang masih bersekolah, terutama SMP dan SMA, untuk belajar bekerja secara mandiri. “karena kebetulan mereka sekarang belajarnya secara online, jadi mereka sekarang lebih banyak punya waktu senggang. Banyak di antara orangtua para pelajar itu yang terkena dampak PHK, atau dirumahkan dan mereka di antara waktu senggang ingin membantu orangtua mereka . Jadi kami berusaha membantu keluarga- keluarga tersebut,” ungkap Dayu Karang.

Sebagai pemilik Body and Mind, perempuan ini sangat berterima kasih atas bantuan pemerintah Provinsi Bali yang mengundang UMKM-nya untuk mengikuti pameran Bali Bangkit sebagai program Dekranasda Bali tahun 2020-2021. “saya sangat berteima kasih atas bantuan Ibu Putri Koster sebagai ketua Dekranasda yang telah mengundang dan melibatkan Body and Mind di pameran Bali Bangkit yang berlangsung di Arts Center saat ini. Ini sangat membantu sekali kesinambungan kehidupan UMKM di masa Pandemi,” ungkap Dayu Karang dengan wajah bersungguh-sungguh.

Terkait dengan program Dekranasda Bali, setelah mengikuti pameran Bali Bangkit, Body and Mind semakin termotivasi dan semakin semangat untuk tetap berkarya dan tetap bertahan di kondisi Pandemi ini. “Kami makin semangat untuk berkarya dan menciptakan karya-karya yang berkualitas. Kami juga terus menciptakan desain-desain yang baru, terutama menyesuaikan kebutuhan krama Bali, misalnya kebaya untuk sembahyang dan upacara adat. Saat ini, kami lebih mengutamakan konsumen lokal, sesuai himbauan Ibu Putri Koster selaku Ketua Dekranasda Bali. Untuk mengikuti pameran ini, Body and Mind selalu menjaga kualitas dan makin kreatif dalam desain,” ungkap Dayu Karang optimis.

Ia sangat bangga bisa diikutsertakan dalam Pameran Dekranasda Bali Bangkit ini. “Bagi saya, sungguh luar biasa, di tengah situasi pandemi ini mengadakan suatu wadah untuk kami UMKM untuk tetap berkarya dan berakktivitas di pameran Bali Bangkit, tentunya dengan selalu mengikuti protokol kesehatan,” tutur Dayu Karang. Baginya, UMKM dan IKM di Bali tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya bantuan dari pemerintah, khususnya dari Ketua Dekranasda Provinsi Bali, terutama di masa pandemi ini.