AKU BALI: Mempercakapkan Endek

Semenjak endek dilirik rumah mode Christian Dior, orang-orang mulai memberi perhatian kepada salah satu tenunan khas Bali itu. Apa daya pukau endek sehingga ia harus dilestarikan dengan berbagai cara?

UNTUK kesekian kalinya, Ketua Dekranasda Bali Ny. Putri Koster kembali menjadi narasumber dalam acara talk show di TVRI Bali dengan tema ‘Menggaungkan Produk IKM di Masa Pandemi’, Kamis, 18 Februari 2021 pukul 18.00 Wita. Talk show ini juga menghadirkan narasumber lain, yakni Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Wayan Jatra dengan host Dede Setyadhi. Talk show yang berlangsung singkat dan padat ini membahas tentang bagaimana merawat dan menjaga kain Endek sebagai warisan budaya Bali sekaligus memberdayakan para perajin endek di seluruh Bali.

Endek merupakan warisan budaya Bali yang tengah menarik perhatian pusat mode dunia. Pada Kamis, 11 Februari 2021, telah ditandatangani MoU anatar pemerintah Provinsi Bali dengan rumah mode Christian Dior tentang pemakaian kain endek Bali dengan 5 motif pilihan untuk koleksi busana Christian Dior tahun 2021. Christian Dior memakai kain endek Bali sebagai bagian dari desain koleksi musim panas untuk serangkaian koleksi busana dan tas. Desain ini telah diperagakan di Paris Fashion Week pada September 2020 yang lalu.

Berita gembira ini mesti bermanfaat bagi para pengrajin kain endek Bali. Menurut NY. Putri Koster selaku narasumber dalam talkshow ini, endek mulai diminati kembali oleh masyarakat sejak tahun 2011. Diharapkan fenomena kain endek yang mendunia ini memberi dampak positif serta penyemangat bagi para perajin endek di masa Pandemi. “Endek paling eksis dibanding jenis-jenis kain tenun lainnya karena karakter kainnya yang memang cocok dipakai sehari-hari, sebagai busana ready to wear”, jelas Ny. Putri Koster,“kita boleh bangga tapi ada kekhawatiran juga, jangan sampai nasib kain endek seperti kain rangrang di Nua Penida,” tambahnya.

Pelestarian Endek

Menurut NY. Putri Koster, dulu Bali sangat berdikari di bidang sandang, baik untuk upacara maupun kegiatan sehari-hari. “Tetapi pada perkembangannya, mungkin karena kelalaian kita, kita tak punya lagi pohon kapas, kita tidak lagi membuat benang. Ketika kita harus melestarikan budaya kita, jangan sampai kita punya kain khas Bali tetapi hanya menjadi konsumen saja,” pesan Ny. Putri Koster. Menurut beliau, sekarang adalah momentum terbaik untuk kembali melestarikan warisan budaya leluhur kita.

Dalam talkshow ini, I Wayan Jatra,

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi Bali telah berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan warisan leluhur dan produk-produk karya masyarakat Bali melalui programnya ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’. “Ketika izin untuk memakai kain endek Bali oleh Rumah Mode dunia Christian Dior, harus dengan syarat bahwa rumah produksi tersebut memakai kain endek yang diproduksi oleh para perajin di Bali, sehingga masyarakat Bali akan benar-benar merasakan manfaatnya. Kerjasama dengan Christian Dior juga dengan syarat bahwa pemakain kain endek harus sesuai dengan budaya Bali. Dan kita yang melakukan riset, pertama, apakah yang dipakai bukan motif sakral,” jelas I Wayan Jatra.

Selain itu ia menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Bali telah mendaftarkan kain Endek Bali sebagai penerima HAKI (Hak Kekayaan Intelektual Indonesia) yang kini dipegang oleh Pemerintah Provinsi Bali. Selain itu, Surat Edaran Gubernur Bali tahun 2021 juga mengimbau agar kain endek dipakai oleh para pegawai negeri dan swasta tiap hari Selasa. “Ini merupakan upaya untuk semakin menguatkan para pengrajin endek di Bali,” ujar I Wayan Jatra.

Sementara Ny. Putri Koster mengingatkan bahwa ini merupakan tugas kita bersama, yaitu pemerintah bersama dengan seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian warisan budaya Bali, serta mengembangkan dan menyesuaikan dengan trend terkini, agar lebih mudah diterima generasi muda kita. “Harus nyambung antara generasi kita dengan generasi-generasi muda, agar mereka juga punya kesadaran untuk melestarikan kain endek Bali, serta kain tenun yang lain pada umumnya,” himbau Ny. Putri Koster.

Selain itu, beliau juga mengingatkan bahwa kain endek yang dipakai harus benar-benar diproduksi oleh para perajin Bali.