Dekranasda Provinsi Bali Melakukan Pendampingan Perajin di Kabupaten Klungkung

Wakil Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Ny. Tjok Putri Haryani Ardhana Sukawati (berkebaya ungu), beserta Tim Dekranasda Provinsi Bali dalam kunjungannya ke Sri Widhi, Klungkung

Klungkung, Kamis (20/06), Klungkung merupakan kabupaten terakhir yg dikunjungi oleh Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali. Wakil Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Ny. Tjok Putri Haryani Ardhana Sukawati beserta Tim Dekranasda Provinsi Bali melakukan pendampingan perajin di Kabupaten Klungkung yang langsung diterima oleh Ibu Ketua Dekranasda Kabupaten Klungkung, Ny. Ayu Suwirta beserta Tim Dekranasda Kabupaten Klungkung. Perajin yang dikunjungi adalah Tenun Ikat Sri Widhi dan Surya Putra Pande.

Usaha kerajinan yang pertama dikunjungi yaitu Tenun Ikat Sri Widhi. Tenun Ikat Sri Widhi didirikan oleh Ni Ketut Sriani bersama suaminya Wayan Widyantara. Ciri khas dari produk kain tenun ikat Sri Widhi adalah inovasi motif yang selalu baru. Kreatifitas dan inovasi dari segi motifnya tak perlu diragukan lagi karena pernah menjadi juara 1 lomba desain motif pada Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2018. Selain itu, Sriani mengatakan kain tenun produksinya adalah pemasok bagi pedagang kain tenun ikat di seluruh kabupaten di Bali.

Pada kunjungan kali ini, Ny. Tjok Putri Haryani Ardhana Sukawati mengajak perajin untuk berdiskusi mengenai kendala yang sedang alami. “Kami datang kesini untuk mengetahui apa saja masalah yang dihadapi para perajin di Klungkung. Jika ada kendala yang dihadapi silahkan disampaikan saat ini pada kami (Dekranasda),”ucapnya.

Meski penjualan kain tenun ikat Sri Widhi terbilang lancar, namun ada kendala yaitu sulitnya mendapatkan bahan baku benang. “Kendala yang kami hadapi itu masalah benang, mungkin dari Tim Dekranasda bisa memberi kami solusi untuk permasalahan ini,”ungkapnya.

Kendala tersebut langsung ditanggapi oleh Putu Astawa selaku Ketua Harian Dekranasda Provinsi Bali. “Kalau kendalanya bahan baku benang, nanti saya berikan informasi produsen benang yang murah dan berkualitas,”ujarnya. Lanjutnya, Astawa berjanji akan memberi informasi terkait produsen benang dengan harga yang murah tapi tetap memiliki kualitas baik.

Ny. Ayu Suwirta berpesan, “Jangan sampai kualitasnya diturunkan dengan bahan-bahan yang murahan hanya karena tuntutan pasar. Tetaplah pertahankan kualitas agar nama baik tenun ikat tetap terjaga,”ujarnya.

Selanjutnya, Tim Dekranasda Provinsi Bali dan Tim Dekranasda Kabupaten Klungkung melanjutkan kunjungan ke usaha kerajinan Genta dan Dream Ball yang bernama Surya Putra Pande dan diterima langsung oleh I Nengah Patra selaku owner.

Dream Ball biasanya digunakan sebagai alat meditasi dan terapi untuk menemukan ketenangan. Bahkan menurutnya, orang Eropa pada umumnya
menggunakan bola mimpi sebagai alat terapi untuk ibu hamil yang cara pemakaiannya dengan digelindingkan di atas perut sang ibu yang sedang hamil.

Nengah Patra mengungkapkan asal usul nama bola fantasi ini diberikan oleh pembeli dari Amerika. Alasan diberikannya nama ini, karena suaranya mampu memberikan nuansa damai. “Di Amerika kan namanya Harmony Ball, di Cina juga ada namanya. Nah disini karena belum ada namanya kita buat saja Dream Ball. Begitu seterusnya hingga sekarang namanya jadi Dream Ball,” jelasnya. Kerajinan Dream Ball menggunakan bahan plat kuningan atau tembaga. Dream Ball diproduksi berdasarkan pesanan serta selain memproduksi Dream Ball, Nengah Patra juga memproduksi genta dan beberapa alat upacara lainnya. Dalam mengerjakan pesanannya Nengah Patra tidak sendiri. Ia dibantu 10 orang karyawan. Dalam sehari Surya Putra Pande dapat memproduksi lebih kurang 15 buah Dream Ball. Untuk harganya bervariasi mulai dari 15 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Tidak ada kendala berarti dalam pemasaran produk kerajinan ini. Karena Nengah Patra sudah memiliki pasarnya tersendiri. Pemasaran kerajinan Dream Ball ini lebih banyak diekspor ke negera Jepang, Australia dan Jerman.