Dekranasda Provinsi Bali Melakukan Pendampingan Pengrajin di Kabupaten Bangli

Bangli. Dalam rangka melakukan pendampingan terhadap para perajin, Tim Dekranasda Provinsi Bali melakukan kunjungan ke Kabupaten Bangli pada Rabu, 12 Juni 2019. Tim Dekranasda Provinsi Bali dipimpin oleh Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali selaku Ketua Harian Dekranasda Bali, I Putu Astawa, tiba di tempat pembuatan dupa Dubali1 diterima langsung oleh Ibu Ketua Dekranasda Bangli Ny. Sariasih Sedana Arta, Ketua Harian Dekranasda Bangli I Nengah Sudibia, Wakil Ketua Harian Dekranasda Bangli Ny. Suardini Giri Putra, serta pemilik Dubali1 Jro Mangku Nengah Eko Astana. Ketua Tim Dekranasda I Putu Astawa langsung disambut dengan pengalungan bunga serta disuguhi pertunjukan tarian asli dari Dupa Dubali1, Tari Dewa Nata Gina, dengan iringan gamelan secara langsung.

 

Tim Dekranasda diajak berkeliling di lokasi pembuatan dupa untuk melihat prosesnya secara langsung. Pemilik dari usaha yang memiliki 118 tenaga kerja ini mengaku bahwa mereka tidak membuat dupa dengan bahan bersifat limbah. Meskipun ia mengaku bahwa sulit untuk bersaing dalam masalah harga untuk menjaga kualitas, namun ia meyakini bahwa penggunaan dupa berbahan limbah adalah sangat tidak baik untuk dipergunakan dalam persembahyangan. Mangku Eko Astana mengatakan bahwa proses pembuatan dupa Dubali1 tidak menggunakan obat-obatan (bahan kimia), bahkan tetap menjaga tradisi untuk beryoga hingga bersembahyang bersama bagi para karyawannya untuk menjaga totalitas sukla-nya produksi dupa yang dihasilkan.

 

Dalam proses pembuatan batang dupa pun Dubali1 memotong dan membuatnya sendiri. Dubali1 menggunakan mesin yang masih tetap dikendalikan dan diawasi oleh manusia, sebagai upaya untuk memaksimalkan terserapnya tenaga kerja. “Kami melakukannya untuk totalitas sukla, bukan sekadar bisnis”, ungkapnya dalam kunjungan. Selain dalam produksi dupa, mereka juga melakukan kegiatan tirta yatra, tari, hingga les, yang terlihat dalam sebuah spanduk yang terpasang di salah satu tempat produksi.

 

Dalam kesempatan ini pula, Dubali1 meluncurkan dan mengumumkan sebuah produk dupa baru bernama Dupa Temu Sucii. “Temu diambil dari ‘mempertemukan’ antara Bhuana Alit dan Bhuana Agung; antara yang memuja dan Yang Dipuja. Sebagai simbol hubungan antara kita dan Sang Pencipta”, kata I Putu Astawa mengawali pernyataan dalam peluncuran. Simbol peluncuran dupa dilakukan dengan menghidupan dupa dan disaksikan langsung oleh Mangku Eko Astana serta para pegawai. “Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa memberikan dukungan”, lanjutnya.

 

Menanggapi upaya mereka dalam berindustri, I Putu Astawa menyatakan bahwa Dubali1 sudah sangat membantu pemerintah Provinsi Bali dan khususnya Bangli. “Beliau punya komitmen, kalau sudah tidak care, beliau pasti sudah pakai mesin. Semoga Dubali1 tidak berhenti berusaha, karena kami pasti akan dukung untuk menjaga lapangan kerja”, kata I Putu Astawa.

[ngg_images source=”galleries” container_ids=”178″ sortorder=”1330,1332,1331,1334,1333,1335″ display_type=”photocrati-nextgen_basic_thumbnails” override_thumbnail_settings=”1″ thumbnail_width=”200″ thumbnail_height=”140″ thumbnail_crop=”1″ images_per_page=”20″ number_of_columns=”0″ ajax_pagination=”0″ show_all_in_lightbox=”0″ use_imagebrowser_effect=”0″ show_slideshow_link=”0″ slideshow_link_text=”[Show slideshow]” template=”/home/diskominfos/web/diskominfos.baliprov.go.id/public_html/wp-content/plugins/nextgen-gallery/products/photocrati_nextgen/modules/ngglegacy/view/gallery.php” order_by=”sortorder” order_direction=”ASC” returns=”included” maximum_entity_count=”500″]

 

Tim Dekranasda kemudian lanjut berkunjung ke industri kreatif yang mendalami batik bambu dan kayu, “Sekar Madu”. I Putu Astawa disambut langsung oleh pemilik, I Wayan Karmen. Sekar Madu merupakan industri kreatif yang memproduksi aneka jenis sokasi, kapar, bokor berbahan bambu yang berdesain batik. Karmen menyatakan bahwa Sekar Madu telah membuat sokasi, kapar, dan bokor yang bebas bahan kimia. “Kita bahkan menggunakan air sebagai pelapis, ini aman untuk tanah”, ungkapnya. Usaha yang dijalankan selama sepuluh tahun ini juga memiliki binaan dalam pasokan bambu.

 

Bahan dasar garam dalam pewarnaan juga dianggap baik untuk tanah, bahkan Karmen mengakui bahwa sokasi buatannya sangat aman digunakan untuk tempat makanan karena telah melalui proses perebusan. Lokasi penjualan, pengecatan, pemalaman, dan pewarnaan dilakukan di satu tempat, ungkap istrinya, I Nyoman Suryati, yang mengaku tidak memiliki toko di luar tempat produksi. Karmen mengatakan bahwa bentuk desain batik di produk sokasi, kapar, dan bokor-nya ini belum memiliki saingan, bahkan ia mengatakan bahwa beberapa produsen berusaha menirunya, namun gagal.

 

Menanggapi baiknya perkembangan dan baiknya desain, I Putu Astawa berharap agar Sekar Madu tidak hanya terikat pada produksi wadah persembahyangan. “Selain kreatif, saya harap juga dapat membuat produk fungsional agar dapat memperluas segmen”, ungkap I Putu Astawa.

[ngg_images source=”galleries” container_ids=”179″ display_type=”photocrati-nextgen_basic_thumbnails” override_thumbnail_settings=”1″ thumbnail_width=”200″ thumbnail_height=”140″ thumbnail_crop=”1″ images_per_page=”20″ number_of_columns=”0″ ajax_pagination=”0″ show_all_in_lightbox=”0″ use_imagebrowser_effect=”0″ show_slideshow_link=”0″ slideshow_link_text=”[Show slideshow]” template=”/home/diskominfos/web/diskominfos.baliprov.go.id/public_html/wp-content/plugins/nextgen-gallery/products/photocrati_nextgen/modules/ngglegacy/view/gallery.php” order_by=”sortorder” order_direction=”ASC” returns=”included” maximum_entity_count=”500″]